Jika manusia mampu meredam Ego mau mengakui kesalahan dan memohon maaf, maka banyak masalah pertengkatang dan permusuhan bisa diredam |
Dari sekian banyak informasi sang pejabatpun segera mendatangi satu-persatu keluarga yang dianggap layak mendapatkan kehormatan dari sang raja. Salah satunya, sang pejabat mendatangi sebuah rumah besar. Disana tinggal keluarga yang besar yang cukup terpandang. Sayangnya mereka terkenal berperangai keras, lugas dan tidak kenal kompromi. Dari rumah besar dan megah tersebut sering terdengar percekcokan di antara anggota keluarga. Kadang hal-hal sepelepun bisa menyulut kemarahan, mendatangkan pertengkaran, bahkan tidak jarang berakhir dengan baku hantam.
Saat si pejabat masuk ke rumah dan belum lama duduk, dari dalam rumah tiba-tiba terdengar suara, “Prang” bunyi gelas pecah tersebut kemudian disusul teriakkan suara dengan nada berang,”Hai… matamu taruh dimana, goblok bener sich, gelas diam begitu main disenggol saja”! Teriakkan balasan pun segera bersambut “Sapa suruh taruh gelas sembarangan di situ, Tolol…!!! Kalau gelas tidak ditaruh disitu, pasti nggak akan tersenggol. Dasar nggak punya otak”. Begitu seterusnya, satu sama lain saling menyalahkan dengan nada tinggi, tanpa ampun dan masing-masing mau menangnya sendiri.
Mwndengar kata-kata kasar dan makian di balik ruang tamu, Si pejabat pun segera berpamitan dengan tuan rumah. Niat awalnya untuk menyampaikan undangan dari baginda raja kepada para keluarga yang akan dipilih sebagai wakil dari keluarga teladan dikerajaan itu, akhirnya dibatalkan sebelum disampaikan. Sambil menggelengkan kepala dan menghela nafas panjang, Si pejabat Melanjutkan perjalanan untuk mengunjungi sebuah rumah besar lainnya yang tak jauh dari situ.
Setibanya dirumah keluarga berikutnya, si pejabat di[ersilahkan duduk dengan sopan diruang tamu yang sejuk. Dari tempat duduknya, terlihat seorang pemuda sedang mengepel lantai dengan tekun. Saat melihat ada tamu dating, segera dihentikan kegiatan. Ia menghampiri sejenak dan dengan ramah menyapa si Pejabat. Dari arah yang berlawanan, tiba-tiba seorang pemuda yang lain melintas dengan cepatnya sambil tangannya masih sibuk melihat buku yang sedang dibacanya tanpa melihat lantai yang masih basah, dan,,,, “Gubrak”…!!! Suara keras disusul suara mengaduh pun terdengar. Si pemuda rupanya terpeleset dan jatuh terlentang.
Sambil berseru kaget, terpopoh-popoh si Pemuda yang masih memegang tongkat pengepel, menghampiri dan berusaha membantu orang yang terjatuh untuk berdiri sambil berkata, “Aduh… maaf,,, maaf kak, Aku yang salah aku salah. Aku nggak cepat-cepat mengepelnya, lantainya basah bikin terpeleset. Di mana yang sakit, Kak”.
Sambil meringis menahan sakit, si kakak yang terjatuh, menerima uluran tangan adiknya sambil berkata “Bukan,,, Bukan Salahmu, Dik, Aku kok yang salah, jalan terburu-buru nggak melihat lantai masih basah. Nggak apa-apa, teruskan saja mengepelnya”. Diapun segera bangkit berdiri untuk untuk menyambut kedatangan tamunya.
Menyaksikan peristiwa dihari yang sama di dua keluarga yang berbeda, si Pejabat sontak mengerti mengapa keluarga yang sedang dikunjunginya ini begitu disanjung oleh orang-orang sekitar sana. Rukun, Santun, Kompak dan saling menyayangi satu sama lain. Entah siapa yang salah, satu sama lain saling mendahului untuk meminta maaf, tidak berusaha mencari kesalahan yang lain, dan membenarkan dirinya sendiri. Sungguh mengagumkan. Di dalam hati sang pejabat membatin, inilah salah satu keluarga yang pantas menghadap kebaginda raja untuk menerima penghargaan sebagai keluarga teladan ke istana kerajaan.
Pembaca blog delphi yang setia dan budiman….
Pendidikan paling mendasar dan awal dari sebuah pribadi adalah pendidikan yang dimulai dari lingkungan keluarga. Dari situlah awal kepribadia di bentuk dan terbentuk. Jika orang tua mampu mendidik dengan memberi teladan yang baik bagi anak-anaknya, di harapkan akan memberi dampak yang positif kepada masyarakat sekitarnya, dan akhirnya bagi bangsa pada umumnya. Setidaknya, keteladanan dalam pola fakir yang positif, kejujuran, giat belajar dan bekerja atau sedikitnya berucap santun terhadap siapapun lawan bicaranya akan menjadi contoh positif yang mampu membawa kebaikan bersama.
Memang, dalam kehidupan sehari-hari, seringkali hanya masalah sepele bisa timbul percekcokan, pertengkaran, permusuhan atau bahkan dalam sekala besar bisa menimbulkan peperangan. Semua berpegang pada keinginan MEMUASKAN EGO manusia yang selalu mau menang sendiri. Kalau hal tersebut tidak bisa dikendalikan dengan baik, maka akan timbul dampak kelanjutannya berupa lahirnya kebencian, dendam dan penderitaan yang berkepanjangan.
Sebaliknya, jika manusia mampu MEREDAM EGO dan maumengakui kesalahan dan memohon maaf, maka akan ada banyak masalah pertengkaran dan permusuhan bisa diredam. Sebagai gantinya, akan lahir kedamaian dan keharmonisan yang seutuhnya, baik disekala kecil seperti dalam keluarga maupun dalam sekala yang lebih besar yakni bermasyarakat, bahkan bernegara.
Sikap mengakui kesalahan sendiri memang membutuhkan Jiwa Besar. Untuk itu kita butuh belajar dan berlatih disetiap kesempatan. Mengakui kesalahan, mau meminta maaf dengan tulus dan berjanji tidak akan mengulanginya adalah Jiwa Kesatria yang tiada nilainya di mata TUHAN. Mari,,, sobat delphi ,,, buka hati, lapangkan jiwa, dan bersihkan fikiran, maka kita akan menjadi pribadi yang penuh arti.
Sumber referensi: 22 WISDOM & SUCCESS. Classical Motivation Stories 5.
Semoga bermanfaat sobat delphi
Salam sukses Luar Biasa “Success is My Right”
Salam sukses Luar Biasa “Success is My Right”
0 komentar:
Posting Komentar