Keahlian yang berlandaskan moral dan etika akan menghasilkan profesionalisme kerja yang positif, bila keahlian tanpa moralitas yang benar pastik akan melahirkan penjahat-penjahat kelas dunia yang tentu akan mempermalukan keluarga dikemudian hari.
Alkisah, seorang ahli kunci yang sangat termasyhur bermaksud mewariskan satu ilmu tertinggi dalam dunia perkuncian. Ahli kunci ini memiliki dua orang murid yang sama-sama pandai. Setelah beberapa tahun dididik, kedua orang murid itu sudah mahir dan menguasai semua teknik membuka segala jenis gembok. Hanya saja, ilmu tertinggi itu harus diwariskan hanya kepada satu orang yang benar-benar memenuhi kriteria. Oleh karena itu, untuk menentukan pewaris ilmunya, si ahli kunci tadi kemudian menggelar sebuah ujian yang diadakan pada waktu bersamaan.
Maka disiapkanlah dua buah peti yang tergembok rapat dan di dalamnya diisi dengan satu bungkusan berisi barang berharga. Kedua peti yang tergembok rapat itu lalu ditempatkan di dalam dua kamar yang bersebelahan. Berikutnya, murid pertama dan murid kedua disuruh masuk ke dalam kamar-kamar tadi secara bersamaan. "Tugas kalian adalah membuka gembok peti-peti di dalam kamar itu. Ayo, laksanakan...!" perintah si ahli kunci.
Tidak lama kemudian, murid pertama keluar dari kamar lebih dulu dan tampak berhasil menyelesasikan tugasnya. Sang ahli kunci langsung bertanya, "Bagus... tampaknya kau berhasil mengerjakan tugasmu. Apa isi peti itu?"
Maka disiapkanlah dua buah peti yang tergembok rapat dan di dalamnya diisi dengan satu bungkusan berisi barang berharga. Kedua peti yang tergembok rapat itu lalu ditempatkan di dalam dua kamar yang bersebelahan. Berikutnya, murid pertama dan murid kedua disuruh masuk ke dalam kamar-kamar tadi secara bersamaan. "Tugas kalian adalah membuka gembok peti-peti di dalam kamar itu. Ayo, laksanakan...!" perintah si ahli kunci.
Tidak lama kemudian, murid pertama keluar dari kamar lebih dulu dan tampak berhasil menyelesasikan tugasnya. Sang ahli kunci langsung bertanya, "Bagus... tampaknya kau berhasil mengerjakan tugasmu. Apa isi peti itu?"
Murid pertama menjawab dengan percaya diri dan perasaan penuh kemenangan, "Di dalam peti itu terdapat sebuah bungkusan. Dan di dalam bungkusan itu ada sebuah permata yang berkilauan.. Indah sekali! Andaikan saya bisa memiliki permata itu..."
Mendengar jawaban itu yang penuh dengan rasa percaya diri itu, si ahli kunci tersenyum bijak. Ia segera menoleh ke arah murid kedua yang baru saja keluar dari kamar. Ia langsung menanyakan hal yang sama, "Bagus... tampaknya kau juga berhasil mengerjakan tugasmu. Apa isi peti itu?"
Mengetahui dirinya kalah cepat dalam membuka peti, murid kedua hanya menjawab dengan pelan. "Saya hanya membuka gembok peti itu, lalu keluar. Saya tidak membuka petinya, apalagi melihat isinya."
Mendengar jawaban itu yang penuh dengan rasa percaya diri itu, si ahli kunci tersenyum bijak. Ia segera menoleh ke arah murid kedua yang baru saja keluar dari kamar. Ia langsung menanyakan hal yang sama, "Bagus... tampaknya kau juga berhasil mengerjakan tugasmu. Apa isi peti itu?"
Mengetahui dirinya kalah cepat dalam membuka peti, murid kedua hanya menjawab dengan pelan. "Saya hanya membuka gembok peti itu, lalu keluar. Saya tidak membuka petinya, apalagi melihat isinya."
Mendengar jawaban itu, sang ahli kunci tersenyum puas. "Baiklah. Berdasarkan hasil ujian tadi, maka kau murid kedua... kaulah pemenangnya. Engkaulah yang akan mewarisi ilmu tertinggi dalam dunia perkuncian yang aku miliki," demikian si ahli kunci memutuskan.
Keputusan ahli kunci itu kontan membuat murid pertama kaget setengah mati. "Guru...!" teriak murid pertama yang kecewa.
"Bukankah saya yang berhasil membuka gembok lebih cepat? Mengapa bukan saya yang dipilih sebagai pewaris ilmu itu?" tanya si murid pertama dengan gusar.
Mendengar kegusaran murid pertamanya itu, si ahli kunci kembali tersenyum bijak. "Murid-muridku, dengar! Profesi kita adalah tukang kunci dan membuka gembok adalah tugas kita. Kita harus membantu orang membuka gembok yang kuncinya hilang atau rusak. Jika gembok sudah dibuka, tugas kita selesai. Kalau kita juga ingin melihat isinya, itu berarti melanggar kode etik profesi kita sebagai ahli kunci."
Selanjutnya, si ahli kunci meneruskan nasihatnya. "Tidak perduli apa pun pekerjaan kita, moral dan etika profesional harus dijunjung tinggi. Tanpa moraldan etika, maka seorang ahli kunci bisa dengan mudah beralih profesi menjadi seorang pencuri. Kalian mengerti?"
Mendengar hal itu, murid pertama mengangguk-anggukkan kepala. Dia menyadari di mana letak kesalahannya. Dia juga bersyukur telah mendapat satu lagi pelajaran moral yang sangat berharga sebelum terjun ke tengah-tengah masyarakat. Walaupun kecewa karena dirinya tidak bisa menjadi pewaris ilmu tertinggi yang dimiliki gurunya, murid pertama merasa tetap mendapatkan sebuah ilmu yang berharga sekali. Itulah ilmu mengenai moral dan etika profesional. Sejak saat itu, murid pertama berjanji pada diri sendiri, kelak dalam menjalankan profesinya, ia akan menjadi seorang ahli kunci professional yang menjunjung tinggi moralitas dan etika profesinya.
Keputusan ahli kunci itu kontan membuat murid pertama kaget setengah mati. "Guru...!" teriak murid pertama yang kecewa.
"Bukankah saya yang berhasil membuka gembok lebih cepat? Mengapa bukan saya yang dipilih sebagai pewaris ilmu itu?" tanya si murid pertama dengan gusar.
Mendengar kegusaran murid pertamanya itu, si ahli kunci kembali tersenyum bijak. "Murid-muridku, dengar! Profesi kita adalah tukang kunci dan membuka gembok adalah tugas kita. Kita harus membantu orang membuka gembok yang kuncinya hilang atau rusak. Jika gembok sudah dibuka, tugas kita selesai. Kalau kita juga ingin melihat isinya, itu berarti melanggar kode etik profesi kita sebagai ahli kunci."
Selanjutnya, si ahli kunci meneruskan nasihatnya. "Tidak perduli apa pun pekerjaan kita, moral dan etika profesional harus dijunjung tinggi. Tanpa moraldan etika, maka seorang ahli kunci bisa dengan mudah beralih profesi menjadi seorang pencuri. Kalian mengerti?"
Mendengar hal itu, murid pertama mengangguk-anggukkan kepala. Dia menyadari di mana letak kesalahannya. Dia juga bersyukur telah mendapat satu lagi pelajaran moral yang sangat berharga sebelum terjun ke tengah-tengah masyarakat. Walaupun kecewa karena dirinya tidak bisa menjadi pewaris ilmu tertinggi yang dimiliki gurunya, murid pertama merasa tetap mendapatkan sebuah ilmu yang berharga sekali. Itulah ilmu mengenai moral dan etika profesional. Sejak saat itu, murid pertama berjanji pada diri sendiri, kelak dalam menjalankan profesinya, ia akan menjadi seorang ahli kunci professional yang menjunjung tinggi moralitas dan etika profesinya.
Sahabat delphi yang bahagia....!
Memang tepat apa yang diilustrasikan dalam cerita tadi. Kita sebagai seorang profesional di bidang apa pun harus mampu melakukan tugas dan pekerjaan sesuai dengan lingkup kerja profesionalisme kita. Jika tidak mengerti fungsi dan tanggung jawab sebagai profesional dengan benar, apalagi tidak memiliki etika dan moral, kita akan mudah terperosok kepada kesalahan-kesalahan profesi. Jika tidak tegas dalam mengontrol atau mengendalikan godaan pikiran negatif, kita pun akan mudah terjurumus dalam pelanggaran-pelanggaran yang dapat mendatangkan akibat fatal bagi karir dan masa depan kita.
Marijalankan profesionalisme kerja dengan etika moral secara bersamaan seirama proses waktu yang berjalan maka nama baik dan kepercayaan serta kesuksesan besar pasti akan berada ditangan kita.
Salam sukses luar biasa...!!!
Salam sukses luar biasa...!!!
Success is My Right
delphi ambil dari CD Audio Bpk Andrie Wongso
3 komentar:
mantab gan..... salam sukses by ompleng
makasih bozz,,,, delphi hanya ingin berbagi apa yang saya ketahui dan apa yang sekiranya perlu ane sampaikan,,, berbicara memang mudah namun realita selalu bertentangan,,,, so hadapi realita hidup meski terkadang susah namun janganlah menyerah.... peace Bro,,,,
keren, ini bagus untuk sebuah pelajaran nyata. :)
Posting Komentar